Palu, Satusulteng.com – Wakil Wali Kota Palu, Imelda Liliana Muhidin, SE., M.A.P, melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah distributor telur dan ayam di Kota Palu guna memantau langsung perkembangan harga dan ketersediaan stok di pasaran yang belakangan mengalami kenaikan.
Adapun distributor yang dikunjungi yakni Raja Telur di Jalan Martadinata, PT. Laris Manis Utama di Pergudangan Layana Indah Jalan Soekarno-Hatta, serta PT. Segar Kumala Indonesia Tbk yang bergerak di bidang distribusi dan pengiriman bahan pangan.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Wali Kota Imelda menyampaikan bahwa sidak dilakukan menyusul kenaikan harga telur ayam di pasaran yang cukup meresahkan masyarakat.
“Hari ini kita melakukan sidak untuk telur ayam dan daging ayam, karena memang di pasaran agak sedikit naik harga telur ayam. Sampai yang ukurannya jumbo itu Rp63 ribu per rak, dan ukuran kecil Rp58 ribu. Ini cukup meresahkan juga karena harganya tinggi,” ujar wakil wali kota.
Dari hasil dialog dengan para distributor, diketahui bahwa penyebab utama kenaikan harga telur disebabkan oleh kelangkaan pakan ayam, khususnya jagung, yang berimbas pada meningkatnya biaya produksi.
“Tadi kami tanyakan kepada distributor telur kenapa harganya agak mahal. Itu terkait dengan pakan jagung yang langka, jadi jagung juga mahal, jadi pakannya langka,” jelas wakil wali kota.
Wakil Wali Kota Imelda menegaskan bahwa pihaknya akan memantau perkembangan harga telur dan ayam selama satu minggu ke depan, mengingat pasokan telur ke Kota Palu tidak hanya berasal dari wilayah lokal, tetapi juga dari daerah lain seperti Sigi, Makassar, dan lainnya.
Wakil wali kota juga meminta Satgas Pangan untuk melakukan pemantauan harga setiap hari, guna mencegah terjadinya lonjakan harga yang tidak wajar.
“Kita minta kepada Satgas Pangan untuk bisa mengecek setiap hari terkait kenaikan harga telur ini,” tegas wakil wali kota.
Lebih lanjut, wakil wali kota menjelaskan bahwa kenaikan harga telur juga berdampak pada dapur umum MBG (Mass Feeding Group) yang banyak menggunakan bahan tersebut, sehingga turut memengaruhi kebutuhan masyarakat di pasaran.
Sementara itu, untuk harga daging ayam, wakil wali kota menyebut masih berada pada kisaran Rp35 ribu hingga Rp40 ribu per ekor, dengan kondisi stok yang bervariasi di tiap distributor.
“Harga ayam itu tidak terlalu tinggi, masih berkisar di harga Rp35 ribu – Rp40 ribu per ekor. Tapi memang satu minggu itu cepat sekali habisnya. Salah satu penyebabnya karena kebutuhan dari dapur MBG yang besar,” tutur wakil wali kota.
Wakil wali kota menambahkan, saat ini sebagian masyarakat mulai beralih dari ayam segar ke ayam beku (frozen) karena harga ayam fresh relatif lebih tinggi.
Wakil Wali Kota juga berharap adanya intervensi dari pemerintah pusat untuk menstabilkan harga telur dan ayam, sebagaimana telah dilakukan pada komoditas beras melalui kebijakan harga eceran tertinggi (HET).
“Kami harap pemerintah pusat bisa mengintervensi ini, sama seperti harga beras yang sudah diseragamkan pada HET. Premium di Rp14.900 dan medium Rp13.500. Nah, kita harap begitu juga untuk telur dan ayam,” harap wakil wali kota.
Dari hasil sidak, Wakil Wali Kota Imelda memastikan bahwa stok ayam di dua gudang besar Kota Palu dalam kondisi aman, sementara untuk telur, ketersediaan cukup, namun harga masih perlu distabilkan akibat faktor pakan.
“Kami lihat di dua gudang ini aman untuk stok ayam. Tidak ada masalah. Tinggal telur saja, karena faktor pakan jagung. Tapi untuk ketersediaan telurnya banyak, hanya harganya yang coba kita stabilkan,” pungkas Wakil Wali Kota Palu. (*)
