Nasdem Usulkan Negosiasi Kontrak Baru dan Kerjasama Proyek DSLNG

Donggi-Senoro LNG refinery, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Indonesia

Palu, Satusulteng.com – Fraksi Partai Nasdem DPRD Provinsi Sulteng  mengusulkan negosiasi baru pelibatan Perusahaan Daerah  dalam beberapa skema pengelolaan Donggi Senoro LNG.

Dalam 2 tahun terakhir, Donggi Senoro LNG (DSLNG) telah menandatangani perjanjian jual beli kondensat dengan konsorsium PT. Titis Sampurna dan PT. Surya Mandala Sakti untuk pasar dalam negeri. Dengan jumlah Volume kondensat yang dihasilkan sekitar 2.300 barrel per hari dengan masa kontrak selama tiga tahun.

“Berikut kontrak yang lain termasuk perawatan kilang. Tetapi kita belum lihat ada pemberdayaan untuk kepentingan daerah. Investor perlu memberikan peluang dan penghargaan untuk partisipasi pemerintah dalam sejumlah kontrak yang secara tekhnis dimungkinkan keterlibatan perusahan daerah,” ujar Muh.Masykur di ruang Fraksi Partai Nasdem, DPRD Prov. Sulteng, 18/10/2016.

Masykur mengatakan, betapa penting nilai investasi dan strategisnya peran proyek DSLNG, sehingga  sudah seharusnya dapat memberikan manfaat positif baik bagi Indonesia secara umum maupun Sulawesi Tengah pada khususnya.

Manfaat yang belum terukur, kata Masykur misalnya, dengan asumsi proyek berjalan 13 tahun dan harga minyak mentah US$70 per barel, negara diperkirakan memperoleh pendapatan US$6,7 miliar, “Oleh karena itu secara pasti harus bisa diukur berapa nilai keekonomian bagi Sulteng?” urainya.

Lebih lanjut Masykur menyebutkan, proyek ini diperkirakan menyediakan ribuan tenaga kerja langsung yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat.

” pertanyaannya, seberapa besar penyerapan tenaga kerja yang berasal dari anak-anak daerah yang bisa dimaksimalkan. Apa skema kerjasama yang lebih visioner dan terukur terkait dengan positioning tenaga kerja?” urainya.

Bagi Masykur, selama ini yang terasa hanya retorika manfaat eksternalitas positif (spillover effect) bagi lingkungan sekitar, seperti munculnya investasi hotel, dan makanan. Tetapi tingkat partisipasi pengusaha lokal dalam kontrak jasa, belum bisa diukur secara pasti.

Menurut Masykur,  lapangan gas Senoro telah berproduksi pada Juli 2015. Kilang DS-LNG mengirimkan kargo pertama pada September 2015. Secara keseluruhan pada tahun 2015, kilang Donggi Senoro telah mengirimkan 12 kargo LNG.

“kita berharap, disamping peningkatan kargo, aneka industri turunan seperti pabrik pupuk dan jasa lainnya terus tumbuh dengan partisipasi perusahaan daerah,” jelasnya.

“Kita perlu meletakan rencana masa depan yang pasti untuk skema baru dalam negosiasi yang lebih adil untuk menemukan manfaat bagi daerah, bagi rakyat Sulawesi Tengah. Jangan sampai, 15 tahun kemudian, kita hanya menjadi penyaksi perginya sumber daya alam tanpa ada dampak yang luar biasa bagi ekonomi kita sendiri,” tegasnya.

Proyek pengembangan gas Senoro terdiri dari pembangunan kilang senilai 2,8 miliar dolar AS yang dilakukan PT. Donggi-Senoro LNG (DS LNG), pengeboran di Blok Senoro-Toili 600 juta dolar AS, dan Blok Matindok 275 juta dolar AS.Cadangan LNG Donggi-Senoro sebesar 2,3 triliun kaki kubik, sedang kapasitas produksinya 2 juta ton/tahun.

Sementara PT DS LNG telah menandatangani perjanjian jual beli LNG dengan 3 pembeli selama 13 tahun sejak mulai beroperasinya kilang pada 2014. Ketiga perusahaan pembeli tersebut adalah Chubu Electric Power Co Inc (Jepang) dengan volume 1 juta ton per tahun, Kyushu Electric Power Co Inc (Jepang) dengan volume 300 ribu ton per tahun dan Korea Gas Corporation (Kogas) 700 ribu ton per tahun.

Exit mobile version