98 Orang di Palu Meninggal Akibat HIV/AIDS

Palu, Satusulteng.com – Dinas Kesehatan Kota Palu, Sulawesi Tengah mencatat sedikitnya 98 orang warga ibu kota provinsi Sulteng itu meninggal dunia akibat terserang tertular virus HIV/AIDS yang berasal dari perilaku seks bebas.

“Data ini sejak tahun 2002 hingga 2017 Kota Palu tercatat ada sekitar 622 orang mengidap penyakit HIV/AID, dan 98 orang dinyatakan meninggal dunia,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Palu, Royke Abraham di Palu, jumat.

Dari data Dinkes Suteng, tecatat 1.114 kasus HIV, semetara AIDS sebanyak 662 kasus, kasus paling tinggi ditemukan di Kota Palu yang di dominasi oleh pemuda berusia 19 hingga 35 tahun, dengan tren peningkatan terjadi pada ibu rumah tangga.

Royke menuturkan, tingginya kasus dan angka kematian akibat penularan virus HIV/AIDS ini, maka Dinkes Palu melakukan upaya konkret melalui pemantapan kegiatan promotif preventif, sistem diagnosa, sistem pengobatan dan rehabilitasi penderita baik di lingkungan keluarga hingga masyarakat.

Melalui kegiatan tersebut, Dinas Kesehatan berharap tidak ada infeksi baru HIV, tidak ada yang terkait dengan HIV/AID serta tidak ada lagi diskriminasi penderita HIV/AIDS atau 3 zero.

“Pada prinsipnya kami melakukan program pengendalian dengan membina dan mengadakan pendampingan terhadap populasi kunci yang sangat berpotensi menjadi sumber penular HIV,” jelasnya.

Royke menguraikan, populasi kunci berpotensi menjadi sumber penularan HIV diantaranya kelompok PSK, narapidana di Lapas, kemudian komunitas waria, komunitas lelaki suka lelaki atau gay, pekerja salon dan panti pijat serta hotel dan club malam.

Mereka yang dianggap sebagai sumber penularan HIV ini, urainya, dilakukan penyuluhan dan pendampingan oleh konselor berpengalaman agar membuat mereka lebih terbuka dan lebih siap mengikuti program test darah sukarela dan mengikuti program pengobatan serta rehabilitasi mental tanpa takut diskriminasi.

“Itulah yang kita lakukan dengan bekerja sama organisasi keagamaan seperti Nahdatul Ulama,MUI, Sinode antar Gereja dll,” ujar, Royke

Sementara di luar populasi kunci, lanjutnya, tetap dilakukan penyuluhan untuk membentuk Pokja HIV di tempat kerja, perusahaan-perusahaan agar dapat mandiri dalam melakukan pencegahan dan penanganan terhadap bahaya terinfeksi virus HIV ini.

“Kita tetap mendorong agar ada solusi yang bijak terhadap rencana Pemkot akan mengambil kebijakan terhadap keberadaan lokalisasi ilegal yang akrab disebut Tondo kiri,” katanya.

Royke mengatakan penularan HIV/AIDS tidak pandang bulu, siapa melakoninya ia berpotensi menularkan virus tersebut kepada orang lain, baik kepada pasangannya bahkan hingga bayi yang tak berdosa.

Hingga kini penyakit HIV/AIDS masih dianggap sebagai penyakit mematikan di dunia.

Exit mobile version